|
Setiap orang ingin mendekatkan diri pada
Tuhan. Ada yang mendekatkan diri dengan Karma
Marga ada yang dengan Jnana
Marga dan ada pula dengan Bhakti
Marga. Bentuk pelaksanaan mendekatkan diri tersebut
ialah dengan memuja Tuhan. Pemujaan itu ada yang dilaksanakan
dalam bentuk material ada dalam bentuk kata-kata dan ada
dalam bentuk pikiran.
Pemujaan dalam bentuk material ialah berupa persembahan
banten yang memerlukan kerja phisik dalam mewujudkan sedangkan
pemujaan dalam bentuk kata-kata berupa nyanyian-nyanyian
pujaan dan dengan pikiran adalah dalam wujud meditasi.
Kenyataannya dalam pelaksanaan ketiga jenis bentuk pemujaan
itu saling isi mengisi. Misalnya dalam sembahyang kita mempergunakan
nyanyian pujaan, upakara dalam bentuk banten dan pemusatan
pikiran.
Seperti kita pelajari dari Nasadya Sukta, Tuhan adalah impersonal,
yaitu tiada berpribadi. Ia luput dari sifat-sifat sehingga
Ia adalah bukan ini dan itu. Tetapi sepanjang nama dan sifat
dilekatkan pada-Nya maka Ia personal, berpribadi. Demikianlah
Varuna, Mitra, Indra dalam Veda, Brahma, Visnu, Siwa dalam
Purana adalah Tuhan yang personal. Ia dipuja sebagai ista
devata, dewata yang dimohon kehadirannya pada waktu pemujaNya
memujaNya.
Dalam Bhagawadgita Sri Krsna menyatakan bahwa memuja Tuhan
yang mutlak dan yang tanpa pribadi tidak mudah. Karena itu
kita dapati pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang pemuja-Nya
dengan penuh bakti dan memandang Ia sebagai tempat terakhir
yang dituju.
|
Svetasvatara Upanisad VI. 17-19).
|
Sa tanmayo hyamrta isasamtho jnah
sarvago bhuvanasyasya gopta. va ise asya jagato, nityameva
nanyo hetur vidyata isanaya. yo brahmanam vidadhati
purvam, yo wai vedamsca prahinoti tasmai, tam ha devamatma
buddhiprikasam mumuksurvai saranam aham prapadye.
Niskalam niskayam santam niravadyam niranjanam, amrtasya
param setum dagdhendhanami vanalam
|
Dengan menjadi demikian, Ia tetap
bersifat abadi, berada sebagai Penguasa, Maha tahu,
hadir dimana-mana, penjaga dunia, Dialah yang kuasa
atas seluruh dunia ini untuk selama-lamanya, sebab
tiada suatu apapun yang lain yang dijumpai untuk menguasainya.
Untuk dapat memperoleh moksa, hamba berlindung kepada
Dia yang diterangi oleh buddhinya sendiri, yang dahulu
menciptakan Brahma dan yang menyerahkan Veda kepadanya.
Kepada Dia yang tanpa bagian-bagian, tanpa aktivitas.
tenang, yang sulit didekati, tanpa noda, jembatan
yang paling mulia ke arah keabadian seperti api dengan
minyaknya terbakar.
|
|
Memuja Tuhan yang tidak berpribadi adalah
di luar kemampuan seorang bhakta, namun memuja Tuhan yang
hanya berpribadi saja tidak memuaskan rasa filosofisnya.
Karena itulah orang akhirnya memuja Tuhan sebagai Tuhan
yang Impersonal-personal dalam bentuk-bentuk pelaksanaan
kehidupan kerohanian yang agak tinggi
|
(Bhagawadpta XI. 40)
|
Namah puras tad atha prstha taste
mamo'stu te sarvata eva sarva, tnanta virya mitavikramastvam
sarvam samapnosi tato'si sarvah
|
Hormat padaMu di depan, di belakang
Hormat padaMu pada semua sisi.
O Tuhan, Engkau adalah semua yang
ada, tak terbatas dalam kekuatan, tak terbatas dalam
keperkasaan. Engkau memenuhi segala. Karena itu Engkaulah
segala itu
|
(Skandapurana).
|
Ekam brahmanvadvitiyam samastam satyam
satyam netarancasti kincit,
Eko rudro na dvitiyo'vatasthe tasmad ekam tvam prapadye
mahesam
|
Oh Tuhan.
Engkau adalah Brahman yang Esa tanpa kedua.
Engkau adalah segala sesuatu. Engkau adalah kebenaran
yang tunggal dan sesungguhnya tiada suatupun selain
Engkau.
Oh Tuhan pemusnah penderitaan, Engkau bersifat abadi,
tiada suatupun di luarMu. Karena itu hamba berlindung
pada-Mu, Tuhan Yang Maha Agung.
|
|
Umumnya dalam nyanyian pujaan terdapat
unsur pujian, permohonan dan kadang-kadang pengakuan. Kita
dapati unsur-unsur tersebut di atas dalam puja Trisandya.
Bait ke 4 mengandung pengakuan, pada bait ke 5 dan 6 permohonan.
Bait yang lain mengandung pujian.
|
|