|
Barong ini mula-mula dipakai untuk mengelabui
barisan makhluk halus ganas yang menebar segala bencana
penyakit dan marabahaya ke perkampungan penduduk Bali. Makhluk-makhluk
halus tersebut dipercaya sebagai anak buah dan hulubalang
Ratu Gede Mecaling yang menyeberangi lautan dari Nusa
Penida. Oleh seorang pendeta sakti, kemudian penduduk
disarankan untuk membuat patung yang mirip sang majikan,
tinggi besar, hitam dan bertaring, dan diberi nama Jero
Gede Mecaling, atau Ratu Mecaling. Karena itu
masyarakat segera membuat tiruan Jero Gede Mecaling
dan mengaraknya berkeliling kampung untuk membuat para makhluk
halus itu takut dan menyingkir. Sirnalah segala macam penderitaan
yang menghantui penduduk selama ini. Untuk penghormatan
kepada tiruan Jero Gede, dibuatlah pasangannya yang
biasa dipanggil Jero Luh. Kedua Barong Landung itu
sering dihibur, diajak berjalan-jalan dan dibuatkan keramaian
supaya bisa menari dan bersenang-senang.
|
|
Tinggi Barong Landung itu kira-kira dua
kali ukuran manusia. Orang yang memperagakannya mendapat
penglihatan melalui celah-celah yang dianyam di bagian perut
sang Barong.
Di beberapa tempat di Bali ada juga Barong
Landung yang lebih lengkap dari pada yang hanya sepasang
saja, tetapi ada yang diberi peran seperti Mantri, Galuh,
Limbur dan sebagainya. Mereka dipakai sebagai anggota
dalam pementasan yang membawakan lakon Arja
(terutama didaerah Badung)
dan diiringi dengan gamelan
Batel.
|