|
Ditarikan oleh seorang pria atau seorang
pemangku yang mengendarai sebuah kuda-kudaan yang terbuat
dari pelepah daun kelapa. Penarinya kerasukan roh kuda tunggangan
dewata dari kahyangan, diiringi dengan nyanyian paduan suara
yang melagukan gending
sanghyang, berkeliling sambil memejamkan mata, berjalan
dan berlari-kecil dengan kaki telanjang, menginjak-injak
bara api batok kelapa yang dihamparkan di tengah arena.
|
|
Tari ini diselenggarakan pada saat-saat
prihatin, misalnya terjadi wabah penyakit atau kejadian
lain yang meresahkan masyarakat, dan terdapat di daerah
Denpasar, Badung,
Gianyar dan Bangli.
|