Gamelan Gambang adalah salah satu
jenis gamelan langka dan sakral, termasuk barungan alit
yang dimainkan hanya untuk mengiringi upacara keagamaan.
Di Bali tengah dan selatan gamelan ini dimainkan untuk mengiringi
upacara ngaben (Pitra
Yadnya), sementara di Bali Timur (Karangasem
dan sekitarnya) Gambang juga dimainkan dalam kaitan
upacara odalan di
Pura-pura (Dewa
Yadnya).
Gambar Gamelan Gambang terdapat
pada relief candi Penataran, Jawa Timur (abad XV)
dan istilah gambang disebut-sebut dalam cerita Malat
dari zaman Majapahit akhir. Hal ini menunjukan bahwa
Gamelan Gambang sudah cukup tua umurnya. Walaupun
demikian, kapan munculnya Gambang di Bali, atau adakah
Gambang yang disebut dalam Malat sama dengan
Gamelan Gambang yang kita lihat di Bali sekarang
ini nampaknya masih perlu penelitian yang lebih mendalam.
Gamelan Gambang, berlaras Pelog
(tujuh nada), dibentuk oleh 6 buah instrumen
berbilah. Yang paling dominan adalah 4 buah instrumen
berbilah bambu yang dinamakan gambang yang terdiri
dari (yang paling kecil ke yang paling besar) pametit,
panganter, panyelad, pamero dan pangumbang.
Setiap instrumen dimainkan oleh seorang
penabuh yang mempergunakan sepasang panggul bercabang
dua untuk memainkan pukulan kotekan atau ubit-ubitan,
dan sekali-kali pukulan tunggal atau kaklenyongan.
Instrumen lainnya adalah 2 tungguh saron krawang
yang terdiri dari saron besar (demung) dan kecil
(penerus atau kantil), kedua saron
biasanya dimainkan oleh seorang penabuh dengan pola pukulan
tunggal kaklenyongan.
Daerah-daerah yang dipandang sebagai desanya
Gambang di Bali antara lain:
|