|
(basis data)
Beliau adalah utusan Maha Patih
Gajahmada, yang ditugaskan mengamankan daerah Gelgel.
Di bawah pemerintahan Dalem Ketut Kepakisan di Samprangan,
beliau adalah wakil dari Patih Agung Arya Kresna Kepakisan.
Tahun 1271-1349. Beliau menetap di Toya Anyar (Tianyar),
mempertahankan wilayah timur Gunung Agung. Berikut
adalah lelintihan keturunan beliau yang dihimpun dari
para pratisentananya. |
|
(basis data)
Pada tahun 1357 Arya Kresna Kepakisan dikirim ke Bali
oleh Maha Patih Gajahmada
memimpin pasukan bantuan Majapahit untuk memadamkan
pemberontakan 39 desa Baliaga. Setelah berhasil beliau
diangkat sebagai patih agung kerajaan Samprangan,
mendampingi Sri Aji Kresna Kepakisan, raja Samprangan
I. |
|
(basis data)
Ini adalah lelintihan dari Sri Aji Kresna Kepakisan,
raja Samprangan I. |
|
(basis data)
Berikut adalah lelintihan dari Ki Barak Panji (Ki
Gusti Panji) sebagai yang dapat disarikan dari Lontar
Babad Buleleng. |
|
(basis data)
Lelintihan ini berkawitan Mpu Ketek, berikut disajikan
silsilah yang berhasil disarikan dari Buku Babad Pasek. |
|
(basis
data)
Arya Kapakisan adalah sosok yang keharuman namanya
dapat kami tampilkan dalam bentuk babad dan silsilah
keluarga besar beliau, kami rangkum dari berbagai
sumber baik yang telah dipublikasikan maupun kiriman
pribadi para pemerhati. Kami masih mengharap masukan
anda untuk melengkapi keterangan tentang beliau agar
dapat lebih dikenal secara luas. |
|
(basis data)
Silsilah ini berkawitan seorang ibu bernama Si Luh
Pasek Panji, disarikan dari Lontar Babad Buleleng
untuk melengkapi kasanah babad Bali kita. Mohon masukan
dan tambahan informasi dari para pratisentana. |
|
(basis data)
Juga sebagai pelengkap, karena silsilah ini sedikit
banyak juga bersinggungan dan menjadi akar dari berbagai
babad di Bali. Dikumpulkan dan disarikan dari berbagai
sumber di Keraton Mangkunegaran, Surakarta. |
|
(essay)
Pasukan Majapahit memadamkan pemberontakan 39 desa
Baliaga, diutuslah Sirarya Gajah Para dan Sirarya
Getas. Akhirnya kedua Arya tersebut tinggal di Sukangeneb,
Toya Anyar, dan menurunkan beberapa keturunan. Berikut
kisahnya. |
|
(essay)
Keesokannya, ternyata Ki Barak Panji tersurat kapur,
di sanalah Sri Aji Dalem Sagening percaya akan kata-katanya
Ki Gusti Ngurah Jarantik, bahwa benar ubun-ubun anak
itu keluar sinar, hati beliau menjadi murung, hati
beliau Dalem sangat kasih sayang, akan tetapi ada
yang ditakutkan dalam hati, mungkin Ki Barak Panji,
nantinya akan mengalahkan putranya yang diharapkan
akan menggantikannya menjadi raja. |
|
(essay)
Sanghyang Pasupati beryoga di Gunung Raja. Yoganya
sangat mantap, lalu dilemparkan dan jatuh di sungai,
menimpa batu. Maka timbul lah gempa bumi, angin topan,
guntur dan halilintar. Kemudian muncul lah bayi dari
batu itu, rupanya hitam. Ada pula bayi muncul dari
buih, rupanya putih. Sejak itu sungai itu dinamakan
sungai Lipak. |
|
Babad
Ki Tambyak (essay)
Ki Tambyak adalah putra dari Begawan Maya Cakru, semenjak
lahir ia ditinggal oleh orang tuanya, akhirnya ia
dijadikan anak angkat oleh Kebayan Panarajon. Sebagai
anak angkat yang dipungut sewaktu masih bayi, kemudian
tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan berilmu sehingga
disegani masyarakat lingkungannya. dalam hal ini bukan
saja oleh masyarakat lingkungannya, bahkan raja Bedahulu
pun mengangkatnya sebagai seorang patih. |
|
(essay)
Ida Bang Manik Angkeran adalah putra dari Dang Hyang
Siddhimantra. Berikut kisah beliau, diambil dari sebuah
terbitan untuk para pratisentananya. |
|
(essay)
Iti pamancangak sane mungguh ring Prasasti sane mungguh Ring Pujangga Kanda, sane patut kasungsung olih Preti Sentanan I Gusti Gde Banjar, punike sane kabuatin antuk Preti Sentanane saprati sentananen mangde sida uning ring indik katurunane senyantayang I Gusti Gde Banjar. |